Beliaumenjawab, "Aku rindu kepada saudara-saudaraku." Mereka berkata, "Bukankah kami adalah saudara-saudaramu ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku, maka mereka adalah kaum yang datang sesudahku, mereka beriman kepadaku dan tidak melihatku." Bahwsannya Rasulullah SAW, bersabda: janganlah kamu masuk ke kamar-kamar perempuan. Seorang laki-laki Anshar berkata: Ya Rasulullah terangkan kepadaku, bagaimana hukum masuk ke dalam kamar ipar perempuan. Nabi SAW menjawab; ipar itu adalah kematian (kebinasaan)." (Al Bukhari 67; 111: muslim 39: 8: Al lu'lu-u wal marjan 3;69-70). Haditsini mengisyaratkan dengan jelas bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, adalah seorang rasul dan hambaNya, manusia yang juga akan mengalami kematian sebagaimana lainnya. Ada awal perjumpaan, ada pula perpisahan. Allah Ta'ala berfirman: قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ Maksudnya "Doa seseorang muslim untuk saudaranya secara berjauhan (tanpa pengetahuannya) adalah mustajab. Di kepalanya (yang berdoa) terdapat malaikat yang diwakilkan kepadanya, setiap kali dia berdoa kepada saudaranya dengan kebaikan maka malaikat yang diwakilkan itu akan berkata: Amin dan bagi engkau seperti itu juga (sama seperti apa yang didoakan itu)". Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Nabi bersabda: "Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. SQ. At-Taubah: 128 OrangYang Sudah Wafat Tahu Apa yang Dilakukan Saudara dan Keluarganya: Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menceritakan tentang dialog antar arwah, salah satu dialognya adalah menceritakan kabar Si Fulan di dunia: إِنَّ فُلَانًا قَدْ فَارَقَ الدُّنْيَا Si Fulan telah meninggal dunia (HR. Al Bazar no. 9760. Adapunkhobar "Jika salah satu dari kalian mncintai saudaranya maka kabarkanlah kepadnya" maka diarahkan kepada selain malarindu. Betapa eloknya perkataan sebagian penyair: KAFA ALMUHIBBIINA ADZAABUHUM*TALLOHI LAA ADZDZABATHUM BA'DAHAA SAQOR Barangsiapa yang memiliki tanah maka hendaknya dia menanaminya atau meminta saudaranya untuk menanaminya dan janganlah dia menyewakannya dengan imbalan sepertiga dan seperempat, dan tidak juga makanan tertentu. Hanzhalah bin Qais meriwayatkannyaHadits Ibnu Majah No.2442 | Bagi hasil pertanian dengan sepertiga dan seperempat bagian Kamusemua adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku." Suara Baginda Rasulullah bernada rendah. "Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah Masya Allah, kerinduan Nabi sebagaimana diceritakan dalam riwayat di atas benar-benar mengguncang hati kita terutama bagi mereka yang beriman kepada beliau. Meski menjadi pemimpin umat manusia dan pemilik kemuliaan, beliau tidak segan-segan menyatakan kerinduannya kepada umatnya. 2dP2r6Y. Kamis, 8 Juli 2021 091447 Rasulullah Sangat Rindu Terhadap Umat Akhir Zaman Suatu ketika berkumpullah Nabi sallallahu alaihi wasallam bersama sahabat-sahabatnya yang mulia. Di sana hadir pula sahabat paling setia, Abu Bakar ash-Shiddiq. “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku saudara-saudaraku.” Kemudian terucap dari mulut baginda yang sangat mulia Suasana di majelis itu hening sejenak. Semua yang hadir diam seolah sedang memikirkan sesuatu. Lebih-lebih lagi sayidina Abu Bakar, itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihinya melontarkan pengakuan demikian. “Apakah maksudmu berkata demikian, wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?”Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai memenuhi pikiran. Rasulullah menggeleng-gelangkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum. Kemudian Baginda bersabda,“ “Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku.” Suara Rasulullah bernada rendah. “Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah,” kata seorang sahabat yang lain pula. “Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku dan mereka mencintai aku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku.” Ibn Asakir 30/137, dan dalam Kanzul Ummal, 14/48. Dari Abu Hurairah, bahwa Rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam pernah mendatangi pekuburan lalu bersabda "Semoga keselamatan terlimpahkah atas kalian penghuni kuburan kaum mukminin, dan sesungguhnya insya Allah kami akan bertemu kalian, " sungguh aku sangat gembira seandainya kita dapat melihat saudara-saudara kita." Para Sahabat bertanya, 'Tidakkah kami semua saudara-saudaramu wahai Rasulullah? Beliau menjawab dengan bersabda "Kamu semua adalah sahabatku, sedangkan Beliau bersabda lagi ''Maka mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudlu. saudara-saudara kita ialah mereka yang belum berwujud." Sahabat bertanya lagi, ''Bagaimana engkau dapat mengenali mereka yang belum berwujud dari kalangan umatmu wahai Rasulullah? ' Beliau menjawab dengan bersabda "Apa pendapat kalian, seandainya seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang berbulu putih didahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu? '' Para Sahabat menjawab, ''Sudah tentu wahai Rasulullah.'' Aku mendahului mereka ke telaga. Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhu, diriwayatkan suatu ketika selepas shalat shubuh, seperti biasa Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam duduk menghadap para sahabat. Kemudian beliau bertanya, dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat'. Aku memanggil mereka, 'Kemarilah kamu semua'. Maka dikatakan, 'Sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat'. Maka aku bersabda "Pergilah jauh-jauh dari sini." HR. Muslim No. 367. Siapa Manusia Yang Paling Menakjubkan Imannya Menurut Rosulullah Saw? Sahabatku, Berbahagialan kita ummat Nabi Muhammad karena kita yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah orang yang paling menakjubkan imannya menurut Rasulullah Saw. “Wahai manusia siapakah makhluk Tuhan yang imannya paling menakjubkan?”. “Malikat, ya Rasul,” jawab sahabat. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam terdiam sejenak, kemudian dengan lembut beliau bersabda, “Bagaimana malaikat tidak beriman, sedangkan mereka pelaksana perintah Tuhan?”Tukas Rasulullah. “Kalau begitu, para Nabi ya Rasulullah” para sahabat kembali menjawab “Bagaimana nabi tidak beriman, sedangkan wahyu dari langit turun kepada mereka?” kembali ujar Rasul. “Kalau begitu para sahabat-sahabatmu, ya Rosul”. “Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan. Mereka bertemu langsung denganku, melihatku, mendengar kata-kataku, dan juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kerosulanku.” Ujar Rasulullah. “Yang paling menakjubkan imannya,” ujar Rasul “Berbahagialah orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku” Nabi Shallallahu alaihi wasallam mengucapkan itu satu kali. “adalah kaum yang datang sesudah kalian semua. Mereka beriman kepadaku, tanpa pernah melihatku. Mereka membenarkanku tanpa pernah menyaksikanku. Mereka menemukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka mengamalkan apa-apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka membela aku seperti kalian membelaku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan saudara-saudaraku itu.” Kemudian, Nabi Shallallahu alaihi wasallam meneruskan dengan membaca surat Al-Baqarah ayat 3, “Mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakan sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka.” Lalu Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam mengucapkan kalimat kedua itu hingga 7 kali. HR. Musnad Ahmad juz 4 hal 106 hadis no 17017. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan Ad Darimi juz 2 hal 398 hadis no 2744 Semoga kita semua, orangtua kita dan anak-anak keturunan kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang sholeh, orang-orang yang menakjubkan imannya menurut Rosulullah saw dan kelak bisa mendapatkan syafaatnya serta berkumpul dengan Rosulullah Saw di Surga. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin. Wallahu a'lam Sembilan hari sebelum wafatnya utusan Allah swt, Muhammad saw. Sepulang dari menunaikan haji wada’, turun firman Allah swt, “… wattaqu yauman… turja’uuna fiihi”. Sejak itu, tanda-tanda kesedihan sudah tampak dalam diri manusia mulia itu. “Aku ingin mengunjungi makam para syuhada uhud,” ujarnya. Beliaupun pergi ke lokasi makam, dan berdiri di tepi makam para sahabatnya. “Assalamualaikum ya syuhadaa Uhud. Kalian telah lebih dahulu, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Dan aku insya Allah akan bertemu dengan kalian.” Dalam perjalanan pulang, Rasul saw menangis. Para sahabat bertanya, tentang sebab tangisannya. Dengan nada lirih, Nabi Allah itu mengatakan, “Aku merindukan saudara-saudaraku..” “Bukankah kami ini adalah saudara-saudaramu, ya Rasulullah?” sergah para sahabat. Rasul menjawab, “Tidak. Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah orang yang datang setelahku, tapi mereka beriman kepadaku meskipun tidak melihatku.” Saudaraku, Apakah kita termasuk saudara-saudara Rasulullah saw yang dirindukannya itu? Seberapa besar juga kerinduan kita kepada sang Nabi yang merindukan kita itu? Apa bukti kerinduan kita? Apa bukti kita adalah saudara-saudara yang dirindukan Rasulullah saw? Andai kita merasa sebagai saudara-saudara yang dirindukan Rasulullah saw. Ada banyak hal yang harus kita lakukan….. Dan yang paling jelas adalah, mengikuti sunnah Rasulullah saw dalam berdakwah atau menyerukan nilai agama Allah ini ke banyak orang. Apakah kita termasuk orang-orang yang menyebarkan, menyampaikan, mendakwahkan, memperjuangkan agama Allah yang dibawa Nabi Muhammad SAW? Mari mengambil pelajaran dari cerita dakwah seorang shalih yang pernah dimuat dalam Majalah Al Mujtama’ beberapa waktu lalu berikut ini. “Aku mengendarai mobil di samping sebuah pasar dan melihat seorang pemuda yang sedang memeluk seorang gadis. Aku ragu, apakah aku akan menasihatinya atau tidak? Tapi akhirnya aku putuskan untuk berhenti dan mendekati mereka. Melihat aku datang, anak gadis yang tadinya sedang asik itu terkejut, dan lari. Sementara sang pemuda, juga tampak takut dan mengira aku aparat pemerintah, atau polisi. “Assalamu’alaikum..” sapaku. Aku kemudian menjelaskan, bukan sebagai aparat atau polisi. “Aku hanya seorang saudara yang ingin sekali menyampaikan kebaikan untukmu dengan memberi nasihat,” jelasku. Aku lalu berbicara dengan suasana tenang, hingga tanpa terasa, mata pemuda itu berkaca-kaca lalu air matanya kulihat menitik. Singkat cerita, setelah itu, kami berkenalan dan bertukar nomor hp Dua pekan setelah itu, aku kebetulan saja memeriksa isi dompet dan mendapatkan nomor telepon si pemuda itu. “Aku ingin menghubuginya sekarang,” gumamku saat itu waktu subuh. Akupun menghubunginya, “Masih kenal aku?” Ia menjawab, “Bagaimana aku bisa melupakan suara ini, suara yang telah mengantarkanku pada hidayah dan membuatku bisa melihat cahaya dan jalan yang benar…” Kami lalu sepakat untuk berkujung ke rumahnya pada hari itu juga setelah shalat Asar. Tapi Allah mentakdirkan lain. Aku kedatangan tamu dan akhirnya terpaksa terlambat memenuhi janji sekitar satu jam. Aku ragu, apakah akan tetap berangkat atau tidak. Akhirnya kuputuskan aku harus menepati janji meskipun terlambat Aku pergi ke rumah pemuda itu dan mengetuk pintu rumahnya. Rupanya, orang tua pemuda itu yang membukakan pintu. “Fulan ada… “ tanyaku. Pertanyaan itu sepertinya membuat keheranan dan ia tidak menjawab apapun. Aku bertanya lagi, “Fulan ada…?” Orang tua itu lalu mengatakan, “Anak muda, ini bekas tanah pemakaman Fulan. Tadi pagi kami baru saja menguburkannya…” Aku sangat terkejut dan merasa tidak percaya dengan apa yang kudengar. Aku mencoba menerangkan dengan yakin, “Pak, pagi tadi baru saja saya berbicara dengannya melalui telepon di waktu subuh” Orang tua itu terdiam heran. Iapun sama-sama, nyaris tidak percaya dengan perkataanku. Ia lalu menjelaskan, “Fulan kemarin shalat zuhur dan duduk membaca Al Quran di masjid, setelah itu ia pulang dan tidur sebentar di rumah. Ketika kami ingin membangunkannya untuk makan siang, ternyata ia sudah meninggal.” Ia menerangkan lagi, “Anakku dahulunya adalah orang yang tidak malu melakukan kemaksiatan. Tapi dua minggu terakhir keadaannya berubah. Ia menjadi orang yang membangunkan kami untuk shalat subuh di masjid, padahal ia sebelumnya tidak mau medirikan shalat dan banyak melakukan keburukan. Allah memberikannya hidayah…” Kami sama-sama terdiam……. Tapi kemudian ayah Fulan bertanya, “Sejak kapan kamu mengenal anak saya?” tanyanya. Aku menjawab sambil merenung, “Dua minggu lalu.” Ayahnya langsung menyergah, “Jadi kamu yang menasehati anak saya. Biar aku memelukmu, karena kamu telah menyelamatkan anakku dari neraka.. Saudaraku, Menurut penulisnya, ini adalah kisah nyata. Silahkan ambil pelajaran apapun yang bisa kita manfaatkan dari kisah ini. Dari kepedulian seorang Muslim yang merasa wajib menyampaikan nasihat karena Allah swt kepada si pemuda. Juga, tentang akhir hidup si pemuda yang bertolak belakang dengan rentang amalnya sebelum bertemu dengan sang pendakwah. Hingga peristiwa luar biasa yang terjadi antara si pemuda di waktu subuh, dengan pendakwah… Saudaraku, Apakah Rasulullah saw pernah merindukan kita? Apakah kita adalah saudara-saudara Rasulullah saw yang beriman kepadanya, meski pun kita tidak pernah melihat dan belum pernah bertemu dengannya? Apa bukti kita sebagai kelompok orang yang dirindukan Rasulullah saw? Bertanyalah pada diri sendiri, apa yang sudah kita berikan pada agama ini? Apa yang telah kita berikan untuk Rosulullah….? Untuk cintanya yang begitu suci, tulus dan agung kepada kita? walaupun beliau belum mengenal dan mengetahui kita? Walaupun sampai sakratul mautpun masih memikirkan kita….? Apakah kita sudah melanjutkan perjuangannya untuk lebih peduli dengan memberi sentuhan tauhid dan ahklaqul kharimah kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita? Atau kita masih dibutakan menentang ajarannya dengan maksiat dan dosa….? Membalas cintanya yang begitu suci, tulus dan agung dengan berhianat pada ajaran2nya….? Astaghfirullah….. Mudah-mudahan, kita tetap istiqomah termasuk yang disebut Rasulullah saw sebagai saudara-saudara yang dirindukannya….. Subhanallahu Allahu Akbar… Semoga bermanfaat… loading...Saking cintanya kepada umatnya, Rasulullah selalu mendoakan umatnya dan menghabiskan waktunya untuk kemaslahatan umatnya. Foto/dok SINDOnews Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah sosok manusia paling penyayang dan berhati lembut. Saking cintanya kepada umatnya, beliau selalu mendoakan umatnya dan menghabiskan waktunya untuk kemaslahatan umatnya, bukan memikirkan dirinya atau satu bukti kecintaan Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada umatnya diceritakan dalam satu riwayat. Beliau berkata kepada para sahabat sangat rindu bertemu umatnya."Apakah kita rindu Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagaimana beliau merindukan kita sebelum kita berada di dunia?" kata Syaikh Ahmad Al-Misri Dai lulusan Mesir saat mengisi kajian di Masjid Permata Qalbu, Perumahan Permata Mediterania, Pos Pengumben, Jakarta Barat, belum lama Ahmad menukil satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah berkata "Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan ikhwanku saudara-saudaraku." Kemudian para sahabat bertanya "Apakah maksud engkau berkata demikian, wahai Rasulullah ? Bukankah kami ini saudara-saudaramu? Abu Bakar radhiyallahu 'anhu bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai memenuhi pikirannya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menggelengkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum, kemudian bersabda "Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku, tetapi bukan saudara-saudaraku." Suara Baginda Rasulullah bernada rendah."Kami juga saudaramu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah صلى الله عليه وسلم melanjutkan sabdanya "Saudara-saudaraku adalah mereka yang belum pernah melihatku, tetapi mereka beriman padaku dan mereka mencintaiku melebihi anak dan orang tua mereka. Mereka itu adalah saudara-saudaraku dan mereka bersama denganku. Beruntunglah mereka yang melihatku dan beriman kepadaku dan beruntung juga mereka yang beriman kepadaku sedangkan mereka tidak pernah melihatku." Ibnu Asakir 30/137, Kanzul Ummal, 14/48Masya Allah, kerinduan Nabi sebagaimana diceritakan dalam riwayat di atas benar-benar mengguncang hati kita terutama bagi mereka yang beriman kepada beliau. Meski menjadi pemimpin umat manusia dan pemilik kemuliaan, beliau tidak segan-segan menyatakan kerinduannya kepada umatnya."Faedah terbesar jika ingin berjumpa Rasulullah صلى الله عليه وسلم meskipun dalam mimpi, kita harus berusaha jujur, berusaha meniru keseharian beliau. Kemudian perbanyak shalawat dan istiqamah-lah menjaga amalan yang disunnahkan beliau," kata Syaikh merindukan manusia yang pertama kali bangkit dari kubur. Kami merindukan manusia yang pertama memberi syafa'at dan diberi syafa'at. Kami rindu Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang Allah Subhaanahu wa Ta'ala bershalawat اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." QS Al-Ahzab 56 rhs